Peran Tendik dan Guru sebagai Pemimpin Pembelajaran.2023 |
Kabar Pendidikan dari Daerah Pelosok. Kualitas pendidikan di Indonesia saat
ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000)
tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu
komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan
per-kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin
menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102
(1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998) dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12
negara di Asia.Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam.Data yang dilaporkan
The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang
rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di
dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama, Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di
dunia.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tentu tidak lepas dari peran dan kepemimpinan seorang kepala sekolah sebagai top leadernya. Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah, maka usaha untuk meningkatkan kinerja yang lebih tinggi bukanlah pekerjaan mudah bagi kepala sekolah karena kegiatan berlangsung dalam sebuah proses panjang yang direncanakan dan diprogram secara baik pula. Namun pada kenyataannya tidak sedikit kepala sekolah yang hanya berperan sebagai pimpinan formalitas dalam sebuah sistem alias hanya sekedar sebagai pemegang jabatan struktural sambil menunggu masa purna tugas –jika tidak boleh menyebut sebagai orang-orang apatis yang kehabisan energi dan gairah hidup.
Mutu pendidikan di sekolah
Salah satu indikator keberhasilan kepemimpinan seorang
kepala sekolah diukur dari mutu pendidikan yang ada di sekolah yang
dipimpinnya. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses,
dan output pendidikan (Depdiknas, 2001:5).
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan
berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain dengan mengintegrasikan input
sekolah sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan
(enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan
benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Output pendidikan adalah
merupakan kinerja sekolah yang dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, dan moral kerjanya.
Dalam konsep yang lebih luas, mutu pendidikan mempunyai
makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang
ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu (Surya, 2002:12).
Proses pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada dalam sekolah itu sendiri dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend dan Butterworth (1992:35) dalam bukunya Your Child’s Scholl, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang bermutu, yakni : Keefektifan kepemimpinan kepala sekolah; Partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf; Proses belajar-mengajar yang efektif; Pengembangan staf yang terpogram; Kurikulum yang relevan; Memiliki visi dan misi yang jelas; Iklim sekolah yang kondusif; Penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan; Komunikasi efektif baik internal maupun eksternal; Serta keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Berdasarkan konsep mutu pendidikan tersebut maka dapat dipahami bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan.Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to improve student achievement).
Selama tahun 2002 dunia pendidikan nasional ditandai dengan berbagai perubahan yang datang bertubi-tubi, serempak, dan dengan frekuensi yang sangat tinggi. Belum tuntas sosialisasi perubahan yang satu, datang perubahan yang lain. Beberapa inovasi yang mendominasi panggung pendidikan selama tahun 2002 antara lain adalah Muncul ya Pendidikan Berbasis Luas (PBL/BBE) dengan life skills-nya, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK/CBC), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS/SBM), Ujian Akhir Nasional (UAN) pengganti EBTANAS, Program Kemendikbud Antara Lain, Program Sekolah Penggerak, Guru Penggerak, Program Organisasi Penggerak, Implementasi Kurikulum Merdeka, Pembentukan dewan sekolah dan dewan pendidikan kabupaten/kota. Setiap pembaruan tersebut memiliki kisah dan problematiknya sendiri.
Fenomena yang menarik adalah perubahan itu umumnya memiliki
sifat yang sama, yakni menggunakan kata berbasis (based). Bila diamati lebih
jauh, perubahan yang “berbasis” itu umumnya dari atas ke bawah; dari pusat ke daerah;
dari pengelolaan di tingkat atas menuju sekolah; dari pemerintah ke masyarakat;
dari sesuatu yang sifatnya nasional menuju yang lokal. Istilah-istilah lain
yang populer dan memiliki nuansa yang sama dengan “berbasis” adalah
pemberdayaan (empowerment), akar rumput (grass-root), dari bawah ke atas
(bottom up), dan sejenisnya.
Simak saja label-label perubahan yang dewasa ini
berseliweran dalam dunia pendidikan nasional (kadang-kadang dipahami secara
beragam): manajemen berbasis sekolah (school based management), peningkatan
mutu berbasis sekolah (school based quality improvement), kurikulum berbasis
kompetensi (competence based curriculum), pengajaran/pelatihan berbasis
kompetensi (competence based teaching/training), pendidikan berbasis luas
(broad based education), pendidikan berbasis masyarakat (community based
education), evaluasi berbasis kelas (classroom based evaluation), evaluasi
berbasis siswa (student based evaluation) dikenal juga dengan evaluasi
portofolio, manajemen pendidikan berbasis lokal (local based educational
management), pembiayaan pendidikan berbasis masyarakat (community based
educational financing), belajar berbasis internet (internet based learning),
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan saat ini berada Pada
Implementasi Kurikulum Merdeka.
Supriadi (2002:17) mengatakan: “orang yang mendalami teori difusi inovasi akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau inovasi dalam bidang apa pun, termasuk dalam pendidikan, memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan benar sejak ide dikembangkan hingga dilaksanakan”. Sejak awal, berbagai kondisi perlu diperhitungkan, mulai substansi inovasi itu sendiri sampai kondisi-kondisi lokal tempat inovasi itu akan diimplementasikan. Intinya, suatu perubahan yang mendasar, melibatkan banyak pihak, dan dengan skala yang luas akan selalu memerlukan waktu. Suatu inovasi mestinya jelas kriterianya, terukur dan realistik dalam sasarannya, dan dirasakan manfaatnya oleh pihak yang melaksanakannya.
Banyak inovasi pendidikan yang diluncurkan di Indonesia
dewasa ini kurang dihayati secara penuh oleh pelaksananya (termasuk kepala
sekolah), di samping secara konseptual “cacat sejak lahir”, serba tergesa-gesa,
serba instan, targetnya tidak realistik, didasari asumsi yang linier
seakan-akan suatu inovasi akan bergulir mulus begitu diluncurkan dan secara
implisit dimuati obsesi demi menanamkan “aset politik” di masa depan. Maka
sudah barang tentu inovasi model seperti ini mengandung risiko kegagalan yang
besar.
Kepemimpinan kepala sekolah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu
organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Yang
dimaksud dengan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black
pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam
(Sadili Samsudin,2006:287) adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang
lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk
mencapai suatu tujuantertentu.
Sementara R. Soekarto Indrafachrudi (2006:2) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi
orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan
dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah adalah seorang pemimpin sekolah atau pemimpin suatu lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. (Wahjosumidjo,2002:83). Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah. (Rahman, 2006:106). Kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Kepala sekolah diangkat melalui prosedur serta persyaratan
tertentu yang bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui
upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan yang mengimplikasikan
meningkatkanya prestasi belajar peserta didik. Kepala sekolah yang professional
akan berfikir untuk membuat perubahan tidak lagi berfikir bagaimana suatu
perubahan sebagaimana adanya sehingga tidak terlindas oleh perubahan tersebut.
Untuk mewujudkan kepala sekolah yang professional tidak semudah membalikkan
telapak tangan, semua itu butuh proses yang panjang.Namun kenyataan dilapangan
masih banyak kepala sekolah yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
pemimpin pendidikan ini disebabkan karena dalam proses pengangkatannya tidak
ada trasnfaransi, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan
kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas,
dan seringnya datang terlambat serta banyak faktor penghambat lainnya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang mengimplikasikan rendahnya produktivitas
kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan
output).
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada
kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah
satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang
profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan
profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan
fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga
kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya,
melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru
akan terwujud.
Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk
manusia yang berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Kepala sekolah sebagai pemimpin pada
sebuah lembaga pendidikan formal, punya peran sangat penting dan menentukan
dalam membantu para guru dan muridnya.Didalam kepemimpinnya kepala sekolah
harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
terjadi di lingkunagn sekolah secara menyeluruh.Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah yang dipimpinnya, seorang kepala sekolah harus mampu
meningkatkan kinerja para pendidik (baca: guru) termasuk tenaga kependidikan
yang berada di bawah kewenangannya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang
guru.Maka sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, seorang kepala sekolah harus
mampu memberikan energi positif yang mampu menggerakkan para guru untuk
melaksanakan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab sehingga
kinerja mereka menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.Sebagai pemimpin yang
mempunyai pengaruh, seorang kepala sekolah harus terus berusaha agar ide,
nasehat, saran dan (jika perlu)instruksi dan perintah dan kebijakannya di ikuti
oleh para guru binaannya. Dengan demikian ia dapat mengadakan
perubahan-perubahan dalam cara berfikir, dalam bersikap dan dalam bertindak
atau berperilaku. Maka menjadi tuntutan bagi seorang kepala sekolah harus
selalu merefresh pengetahuan dan wawasan keilmuannya agar nantinya dapat
mendukung tugasnya sebagai seorang pimpinan.
Banyak faktor penghambat tercapainya kualitas kepemimpinan
seorang kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak transparan,
rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan
semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas dan seringnya datang
terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit serta banyak faktor lain
yang menghambat kinerja seorang kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan pada lembaga yang dipimpinnya. Ini mengimplikasikan rendahnya
produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input,
proses dan output).
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala sekolah harus melakukan pengelolaan dan pembinaan terhadap seluruh komponen sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuan manajerial seorang kepala sekolah.Sehubungan dengan itu, kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Disamping itu, kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan berfungsi mewujudkan hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam rangka membina dan mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak kearah pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab yang dalam bahasa sekarang dikemas dalam istilah profesional.Oleh karena itu, segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru dalam melaksanakan tugasnya secara operasional. Untuk itu kepala sekolah harus melakukan supervisi sekolah yang memungkinkan kegiatan operasional itu berlangsung dengan baik.
Profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah
Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian
seseorang(Kusnandar (2007:46).Profesionalisme merupakan sebutan yang mengacu
pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk
senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya(Mohamad Surya,
2007:214).
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu seorang
kepala sekolah haruslah orang yang profesional. Secara profesional seorang
kepala sekolah memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
Kepala sekolah berperilaku sebagai
saluran komunikasi di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Segala informasi
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus selalu
terpantau oleh kepala sekolah.
Kepala sekolah bertindak dan
bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan
yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat
dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.
Dengan waktu dan sumber yang terbatas
seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala
keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pendistribusian tugas
secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara
kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.
Kepala sekolah harus berfikir secara
analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan
melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang
feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu keseluruhan yang
saling berkaitan.
Kepala sekolah adalah seorang
mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi
di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik.Untuk itu kepala sekolah harus jadi
penengah dalam konflik tersebut.
Kepala
sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan
kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat
berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan
saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliansi
atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, komite sekolah dan sebagainya;
(3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka
macam aktivitas dapat dilaksanakan.
Kepala sekolah adalah seorang
diplomat. Dalam berbagai forum pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi dari
sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah harus mampu mengambil
keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus
tanpa masalah. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari
persoalan dan kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan,
kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan
persoalan yang sulit tersebut (Wahjosumidjo (2002:97).
Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan
paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua adalah
seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengetahui perannya. Adapun peran kepala
sekolah dalam menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan
oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a)Peranan hubungan antar perseorangan; (b)
Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan.
Peranan hubungan antar perseorangan meliputi: Figureheadyang
berarti lambang dengan pengertian kepala sekolah sebagai lambang sekolah; Kepemimpinan (Leadership)
artinyakepala sekolah adalah pemimpin yang harus mampu menggerakkan seluruh
sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan
produktifitas yang tinggi untuk mencapai tujuan; Penghubung (liasion)
artinyakepala sekolah menjadi penghubung antara kepentingan sekolah dengan kepentingan
lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi
perantara antara guru (pendidik), tenaga kependidikan dan peserta didik
(siswa).
Peranan informasional meliputi: kepala sekolah sebagai monitor artinyakepala sekolah harus selalu mengadakan
pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan muncul informasi-informasi
baru yang berpengaruh terhadap sekolah yang dipimpinnya; kepala sekolah sebagai
disseminator artinyakepala sekolah bertanggungjawab penuh untuk menyebarluaskan
dan membagi-bagi informasi kepada para guru (pendidik), tenaga
kependidikansertaorang tua siswa; kepala sekolah sebagai spokesman
artinyakepala sekolah memiliki tugas menyebarkan informasi kepada lingkungan di
luar sekolah yang dianggap perlu.
Sedangkanberkaitan dengan peranankepala sekolahsebagai pengambil
keputusan meliputi: Enterpreneurartinya kepala
sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam
ide dan gagasan pemikiran berupa program-program yang baru serta melakukan survey
untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah; Disturbance handler (orang yang memperhatikan
gangguan) artinyakepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul
dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil; A Resource Allocater (orang yang menyediakan
segala sumber) artinya kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan
meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan
dan harus didelegasikan; A negotiator rolesartinyakepala
sekolah harus mampu mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar
dalam memenuhi kebutuhan sekolah.
Pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah
Banyak faktor yang dapat menghambat tercapainya kualitas
profesional kepemimpinan kepala sekolah, antara lain berkaitan dengan proses
pengangkatan seorang kepala sekolah yang tidak transparan, rendahnya motivasi
dan etos kerja, kurangnya disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas,
seringnya datang terlambat, sempitnya wawasan kepala sekolah, serta banyak
faktor lain.
Wadah-wadah yang telah dikembangkan dalam pembinaan
kemampuan profesional kepala sekolah cukup banyak seperti Musyawarah Kepala
Sekolah (MKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Komunitas Belajar bagi
Guru dan Tenaga Kependidikan serta Pusat Kegiatan Kepala Sekolah (PKKS).Disamping
itu peningkatan dapat dilakukan melalui pendidikan dengan program sarjana atau
pasca sarjana bagi para kepala sekolah sesuai dengan bidang keahliannya,
sehingga tidak terlepas dari koridor disiplin ilmu masing-masing.Dengan
mengefektifkan MKKS semua kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh kepala
sekolah dalam kegiatan pendidikan dapat dipecahkan, dan diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Kelompok diskusi profesi juga sangat penting artinya
sehingga perlu dibentuk untuk mengatasi tenaga kependidikan yang kurang
semangat dalam melakukan tugas-tugas kependidikan di sekolah. Kelompok diskusi
profesi dapat melibatkan pengawas sekolah, komite sekolah atau orang lain yang
ahli dalam memecahkan masalah yang dihadapi kepala sekolah dan tenaga
kependidikan.
Hal lain adalah tersedianya buku yang dapat menunjang
kegiatan sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi. Karena akan sangat sulit
untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme kepala sekolah jika
tidak ditunjangkan oleh sumber belajar yang memadai.
Selain itu kepala sekolah harus memiliki visi dan misi,
serta strategi manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi kepada mutu
pendidikan.
Dalam menumbuhkan kepala sekolah yang profesional dalam
paradigma baru manajemen pendidikan di sekolah diperlukan adanya peningkatan
disiplin untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat
memotivasi kerja, serta menciptakan budaya kerja dan budaya disiplin para
tenaga kependidikan dalam melakukan tugasnya di sekolah.
Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya
ikut merambah dunia pendidikan, sehingga menuntut seorang kepala sekolah yang
professional. Untuk itu kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk
melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah dan
berkesinambungan.Peningkatan profesionalisme kepala sekolah perlu dilaksanakan
secara berkeinambungan dan terencana dengan melihat permasalahan-permasalahan
dan keterbatasan yang ada, sebab kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan
yang juga bertanggung jawab dalam meningkatkan profesionalisme pendidik (guru)
serta tenaga kependidikan lainnya. Kepala sekolah yang professional akan mengetahui
kabutuhan dunia pendidikan.Dengan begitu kepala sekolah akan melakukan
penyesuaian-penyesuaian agar pendidikan berkembang dan maju sesuai dengan
kebutuhan pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melalui strategi perbaikan mutu inilah diharapkan dapat
mengatasi masalah rendahnya mutu pendidikan yang mengoptimalkan segala sumber
daya yang terdapat di sekolah.Upaya peningkatan profesionalisme kepala sekolah
merupakan proses keseluruhan dan organisasi sekolah serta harus dilakukan secara
berkesinambungan karena perubahan yang terjadi selalu dinamis serta tidak bisa
diprediksi sehingga kepala sekolah maupun tenaga kependidikan harus selalu siap
dihadapkan pada kondisi perubahan. Ada istilah seorang tenaga pendidik yang
tadinya professional belum tentu akan terus profesional, bergitupun sebaliknya,
tenaga kependidikan yang tadinya tidak professional belum tentu akan selamanya
tidak professional. Dari pernyataan itu jelas kalau perubahan akan selalu
terjadi dan menuntut adanya penyasuaian sehingga kita dapat mengatasi perubahan
tersebut dengan penuh persiapan.
Dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan profesionalisme
kepala sekolah harus ada pihak yang berperan dalam peningkatan mutu tersebut.
Dan yang berperan dalam peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah
pengawas sekolah yang juga merupakan pemimpin pendidikan yang bersama-sama
kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan sekolah.
Upaya peningkatan keprofesionalan kepala sekolah tidak akan
terwujud begitu saja tanpa adanya motivasi dan adanya kesadaran dalam diri
kepala sekolah tersebut serta semangat mengabdi yang akan melahirkan visi
kelembagaan maupun kemampuan konsepsional yang jelas dalam Mengambil Kebijakan
di Satuan Pendidikan.
EDITOR PENA: ridwanbharapan@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan,Inovasi Pendidikan dalam Upaya
Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan,Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2002.
E. Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah
Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Indarafachrudi, Soekarto, Bagaimana Memimpin Sekolah yang
efektif, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006.
Kusnandar, Guru Profesional,
Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007.
Rahman (at all),Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,Jatinangor: Alqaprint, 2006.
Samsudin, Sadili, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006.
Surya, Muhammad, Organisasi profesi, kode etik
dan Dewan Kehormatan Guru, 2007.
Toha, Miftah,Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2003.
Uzer, Usman, Menjadi Guru Profesional,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Wahjosumidjo,Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
ليست هناك تعليقات: